Sekolah Alam, Solusi Intelektualitas dan Karakteristik Anak

Penulis : Karlina Patricia Situmorang

Salam hijau....

Foto : Ari Tata



Di masa ini orangtua berlomba-lomba untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak. Sebagian besar orangtua akhirnya terjebak dengan kata “terbaik” kemudian menafsirkannya secara bebas tanpa melihat kembali kebutuhan dan penerimaan anak. Padahal sebenarnya orangtua memiliki kesempatan penuh untuk mempertimbangkan sebaik mungkin pendidikan “terbaik” seperti apa yang harus diberikan kepada anak dan yang layak diterima oleh anak.


Berdasarkan Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah mengapa sistem pendidikan saat ini tidaklah lagi kaku mengacu kepada nilai-nilai dalam bentuk angka, melainkan mengedepankan karakter, kecakapan, kreativitas, dan spiritual. Tapi apakah kesemuanya itu benar nyata diterapkan?


Secara umum sistem pendidikan di Indonesia sudah beralih berkembang dan memiliki rancangan yang luar biasa. Tetapi pada prakteknya, kesemuanya itu dominan dituangkan dalam bentuk rancangan pembelajaran, bukan pada praktek pengajarannya. Tak dapat dibohongi, generasi saat ini adalah generasi yang mudah menyerap bentuk dibandingkan kata-kata yang disusun di atas kertas.Setiap teori harus disertai dengan praktek agar anak tidak tersesat dengan pengertiannya sendiri. Oleh karena itu, sekolah alam menjadi salah satu jawaban yang cocok untuk menjawab kebingungan dan ketakutan orangtua.


 Saat ini sudah ada beberapa sekolah alam yang didirikan di Indonesia. Satu diantaranya adalah Sekolah Alam Bukit Hijau yang terletak di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Lokasinya tak jauh dari kantor BASARNAS. Ketika memasuki lingkungan sekolah, suasana alam kental sekali dirasakan, mulai dari kelas dengan bentuk yang variatif, kolam dengan teratai besar yang selalu mekar, berbagai jenis pepohonan yang bisa jadi belum pernah kita lihat sebelumnya, dan banyak kejutan lain di lahan dengan luas kurang lebih 3 hektar tersebut. Selain sebagai sekolah yang membimbing dan mendidik anak, Sekolah Alam Bukit Hijau juga memberikan kontribusi terhadap pasokan air bersih di Kota Medan. Secara administrasi, sekolah ini sudah memiliki izin operasional, tercatat di dinas sebagai sekolah formal, sama seperti sekolah pada umumnya, tapi secara pelaksanaannya, Sekolah Alam Bukit Hijau dapat disebut sebagai sekolah yang komplit. Dimana anak-anak belajar dan mengembangkan pengetahuannya, tetapi tetap tidak melupakan alam dimana ia berproses. Anak-anak di Sekolah Alam Bukit Hijau termasuk sebagai anak-anak yang beruntung dalam menikmati proses kehidupannya. Karena kecintaan akan alam dan lingkungan tidak dapat muncul begitu saja, maka dari itu memberikan pendidikan karakter kepada anak memang harus dimulai sejak dini.


Mengapa harus menyatu dengan alam ketika kita hidup bukanlah di alam bebas? Mungkin kecanggihan teknologi banyak membuat orang lupa bahwa segala jawaban diberikan oleh alam, tetapi kita mulai menjauhinya sehingga merasa tidak mendapatkan jawaban itu di sana. Kita tak harus hidup di alam bebas, tetapi kita perlu tahu sebelum hari ini, sebelum berbagai obat-obatan ditemukan, sebelum ada pestisida dan pupuk buatan, sebelum restoran cepat saji ada, dari manakah ketenangan dan kenyamanan hidup itu datang. Anak-anak harus diingatkan untuk merawat alam yang telah menjaga ia dan keluarganya selama ini, untuk mengingatkan anak-anak bersyukur kepada Sang Pencipta yang telah menyediakan segalanya.


Di Sekolah Alam Bukit Hijau, anak-anak menikmati proses. Terbukti ketika anak-anak tidak suka makan sayur, tetapi lebih antusias mengkonsumsi sayur yang ditanamnya sendiri di halaman belakang sekolahnya. Sayur yang bahkan setetespun tak tersentuh pestisida maupun pupuk buatan dengan berbagai kandungan kimianya yang berbahaya. Anak-anak akan antusias ketika bibitnya perlahan berkembang, tumbuh dan siap dipanen. Anak-anak membuat riset tentang pertumbuhan tanamannya dari waktu ke waktu, kemudian belajar disiplin dari proses tersebut. Mereka bisa melihat penyebab dan akibat dari setiap perlakuan ke tanaman tersebut. Hal tersebut juga berlaku bagi siswa yang mendapat tanggung jawab tambahan seperti memelihara ikan di akuarium sekolah dan merawat pohon-pohon yang lebih besar besar yang suatu hari nanti dapat menghasilkan buah.


Menanam dan memelihara  saja mungkin tak akan cukup. Selain berinteraaksi dengan alam, anak-anak Sekolah Alam Bukit Hijau juga berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Mengunjungi petani-petani, berkunjung ke kebun orang lain, mengunjungi rumah teman dari berbagai jenis tingkatan latar belakang  yang bahkan tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya, menunggu arahan dan pelajaran baru dari orangtua teman yang dikunjungi, cara belajar moving class yang tidak terpaku di satu ruangan tertutup, mengunjungi situs-situs, museum atau tempat-tempat yang dapat menambah pengetahuan. Anak-anak Sekolah Alam Bukit Hijau tentunya adalah anak-anak yang siap tempur dalam artian mandiri untuk kehidupannya kelak, dimana mereka juga diajarkan tentang entrepreneurship, menjual hasil karyanya pada program market day, belajar mengelola keuangan dari hasil penjualannya sendiri dan bekerjasama dengan teman untuk memasarkan hasil karya pribadi maupun kelompok. Mereka akan tumbuh menjadi anak-anak dengan kepercayaan diri yang dapat dipertanggungjawabkan.


Sekolah Alam Bukit Hijau mungkin bukan satu-satunya jawaban, tetapi bisa jadi merupakan  satu diantara jawaban terbaik yang disediakan alam.@Lina_Patrang

Posting Komentar

1 Komentar