Humans Of MedanThe Name Of Salim

Menjejakkan kaki di Kota Medan sekitar tahun 80an, sebagai perantau dari Sumatra Barat, mengawali proses di medan sebagai penjual sate. Sampai pada akhirnya sampai pada pengepul botot ( barang bekas) 

Kepiawaiannya dalam barang seni tentu tidak diragukan lagi, meskipun latar pendidikan yang serba terbatas. Tapi menurutnya bahwa semesta adalah sumber pengetahuan.

Tiga jam duduk bersama ditemani gudang garam merah dan surya menjadi waktu yang singkat. Sembari mengenalkan namanya " Salim" Nama-nama Beken dalam seni rupa Indonesia tentu ia tahu, bahwa setiap kesalahan lah membawa dia semakin paham dengan karya karya lukis tersebut. 

#humansofmedan

The Name Of Salim

Menjejakkan kaki di Kota Medan sekitar tahun 80an, sebagai perantau dari Sumatra Barat, mengawali proses di medan sebagai penjual sate. Sampai pada akhirnya sampai pada pengepul botot ( barang bekas) 

Kepiawaiannya dalam barang seni tentu tidak diragukan lagi, meskipun latar pendidikan yang serba terbatas. Tapi menurutnya bahwa semesta adalah sumber pengetahuan.

Tiga jam duduk bersama ditemani gudang garam merah dan surya menjadi waktu yang singkat. Sembari mengenalkan namanya " Salim" Nama-nama Beken dalam seni rupa Indonesia tentu ia tahu, bahwa setiap kesalahan lah membawa dia semakin paham dengan karya karya lukis tersebut. 

Dia menjadi guru dalam segala benda baik soal senit pahat, lukis dan laen sebagainya. Tapi baginya rejeki sudah ditentukan, ibarat air yang tidak bisa dibendung. 

Kita bukan orang yang tidak mau maju, tapi kita orang yang ingin menikmati hidup,  bekerja untuk secukupnya. Karena pada akhirnya kita hanya menuju ketenangan secara jasmaniah dan rohaniah. 

Bahwa menikmati hidup bukan selalu dengan uang, dengan duduk begini, menikmati kopi adalah sebuah kemewahan dan bisa tertidur pulas sampai jam 2 siang. Itu adalah sebuah ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan apapun. 

Kita punya rejeki masing-masing kata bang salim, sebagai contoh suatu ketika dia menjual segepok uang lama kepada temannya kolektor dengan harga 700ribu, lantas temanya bisa menjualnya menjadi 150juta, itulah rejeki itu,

Terima kasih bang Salim. 

#humansofmedan #medan #quotes
#life #photography #filosofi

Dia menjadi guru dalam segala benda baik soal senit pahat, lukis dan laen sebagainya. Tapi baginya rejeki sudah ditentukan, ibarat air yang tidak bisa dibendung. 

Kita bukan orang yang tidak mau maju, tapi kita orang yang ingin menikmati hidup,  bekerja untuk secukupnya. Karena pada akhirnya kita hanya menuju ketenangan secara jasmaniah dan rohaniah. 

Bahwa menikmati hidup bukan selalu dengan uang, dengan duduk begini, menikmati kopi adalah sebuah kemewahan dan bisa tertidur pulas sampai jam 2 siang. Itu adalah sebuah ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan apapun. 

Kita punya rejeki masing-masing kata bang salim, sebagai contoh suatu ketika dia menjual segepok uang lama kepada temannya kolektor dengan harga 700ribu, lantas temanya bisa menjualnya menjadi 150juta, itulah rejeki itu,

Terima kasih bang Salim. 

#humansofmedan #medan #quotes
#life #photography #filosofi

Posting Komentar

0 Komentar