LGN Medan : Ganja dianjurkan untuk Industri

Dhira Narayana (tengah) saat singgah dan menjadi narasumber diskusi di Literacy Coffee
         
Fenomena rendahnya minat baca adalah kebiasaan masyarakat menutup mata atas sebuah isu yang digiring secara negatif oleh berbagai pihak. Salah satunya Mariyuana atau yang populer dikenal dengan nama Ganja. Pemerintah Indonesia dengan tegas menindak siapapun yang menggunakan dan mengedarkan 'benda' tersebut dengan alasan apapun juga. Mirisnya, tidak ada basis referensi yang lugas dan argumentatif yang kuat mengapa ganja harus dilarang penggunaannya. Tidak ada toleransi dan kajian yang mendalam, merujuk pada kasus penangkapan yang konsumennya mengalamai kegentingan. Mengharukan, Fidelis asal Kalimantan Barat, harus ditangkap oleh kepolisian akibat memiliki 39 batang ganja yang dipergunakan untuk mengobati istri yang mengalami penyakit langka, yakni Syringomyeila. Namun, sang istri tutup usia saat suami ditahan karena sang suamilah yang biasanya merawat dan memberi asupan ekstra ganja padanya. 

       Dimas, selaku koordinator LGN (Lingkar Ganja Nusantara) Kota Medan menyatakan bahwa sudah saatnya generasi muda melek terhadap tanaman terlarang tersebut. Berdasarkan referensi artikel dan buku yang dibacanya, ia mengajak serta generasi muda untuk mengikuti program edukasi dan pengkajian terhadap isu kriminalisasi ganja dan mencari tahu apakah ganja sebenarnya dapat digunakan untuk melakukan hal positif, seperti pengobatan dan bahan baku industri. Seperti India dan Tiongkok yang menggunakan serat ganja sebagai bahan olahan pembuatan kain. Menariknya, semakin besar larangan terhadap ganja, justru prevelensi permintaan semakin meningkat. Ini berarti ganja sangat menggiurkan untuk dijadikan olahan bisnis. 

     Dimas sangat bersyukur dengan inisiasi Dhira Narayana, pendiri LGN yang berhasil membangun koordinasi kajian dan penelitian terhadap ganja serta menuliskan buku referensi berjudul Hikayat Pohon Ganja. Dhira, yang juga sempat hadir di Medan memberikan pernyataan tegasnya terhadap dugaan monopoli praktek bisnis ganja yang dilakukan pemerintah sehingga menjadikan masyarakat sebagai korban. 

      Dimas dan kawan-kawannya yang sudah menginisiasi gerakan kesadaran terhadap edukasi penggunaan ganja sejak 2018, baru-baru ini mengadakan GMM (Global Marijuana March) di Lapangan Merdeka dengan isu Marijuana dijadikan bahan baku industri. Mundur di tahun sebelumnya, mereka pernah bergerak dengan isu tidak memandang negatif ganja. Ditanya tantangan saat berkegiatan, Dimas tidak menepis. " Pernah juga tahun 2018 waktu kita kampanye hanya bertiga, ada yang mau gebukin". Namun, Dimas tidak ingin menyerah. Ia pun berharap agar kedepannya masyarakat semakin teredukasi dengan bacaan dan diskusi yang bermanfaat tentang penggunaan ganja.

   

Posting Komentar

0 Komentar