Yohannes Manalu |
* Yohannes
Manalu
Institut Agama Kristen
Negeri (IAKN) Tarutung
adalah sebuah institut kebanggaan daerah kita.
terkhusus Kabupaten Tapanuli Utara, dikarenakan institut ini merupakan salah
satu icon daerah kita. ditambah lagi dengan istilah WISATA ROHANI yang
menjadikan IAKN merupakan sebuah satu-kesatuan yang sudah melekat dengan
Tapanuli Utara.
IAKN ialah lembaga pendidikan yang dinaungi langsung
oleh Kementrian Agama RI, diawali dengan Pendidikan Guru Agama Atas
Kristen/Protestan (PGAA) di Sigompulon-Tarutung tahun 1968. kemudian berkembang
menjadi Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan (PGAKP), kemudian berkembang
lagi menjadi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan – Pendidikan Agama Kristen
(LPTK-PAK) Negeri tahun 1990.
selanjutnya menjadi Akademi Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan disingkat
dengan (APGAKP) Negeri Tarutung. terakhir cikal bakal IAKN ialah Sekolah Tinggi
Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Tarutung.
Wisata Rohani
Selain daerah kita terkenal dengan sumber daya alam
wisata perairan Danau Toba, jargon yang kita agung-agungkan ialah kawasan
wisata rohani. Jika kita runut sejarahnya Tapanuli Utara ialah tempat missionaris
agama Kristen D.R. Ingwer Ludwig Nommensen memulai misinya di tanah batak. Ini
merupakan warisan yang seharusnya kita jaga bersama, kultural yang sudah
mendarah daging masyarakat Tapanuli Utara yang
penduduknya mayoritas beragama Kristen. Jangan sampai kita masyarakat
Tapanuli Utara luput akan itu. tentu IAKN ialah salah satu komponen yang sudah
lama dikenal dan dipercayakan masyarakat Tapanuli untuk mendidik anak-anak
daerah.
Wacana yang dilontarkan Bapak Nikson Terhadap IAKN
Sontak saya terkejut mendengar pernyataan Bapak
Nikson dalam sebuah wawancara akun instagram
(horastapanuliutara);
“TANTANGAN TERBESAR IALAH IAKN, MEREKA BERHARAP
JANGAN JADI UMUM”
“HARUS ADA
JIWA MENGALAH”,
“INI KALAU SUDAH JADI, SELESAILAH SEMUA PERSOALAN”
“YANG PENTING GEDUNG REKTORATNYA DI TAPUT, KITA
BUATLAH NANTI FAKULTAS KEDOKTERAN DITAPUT”
Begitulah
kurang lebih yang disampaikan Bapak Nikson kepada media yang mewawancarainya
Bapak Nikson ingin menaikkan status IAKN menjadi
Universitas Negeri yang kelak bernama Universitas Tapanuli Utara. beliau
menyatakan telah melakukan dialog dengan pengurus IAKN yang memintakan IAKN
bertransformasi menjadi Universitas Negeri. Namun IAKN menolak dan IAKN lebih
berharap IAKN menjadi Universitas Kristen yang tetap diwadahi kementerian agama.
Sementara nantiya jika IAKN jadi bertransformasi menjadi Universitas Negeri
akan diwadahi oleh Kemenristekdikti.
Sebagai Putra Daerah Tapanuli Utara
Harusnya mengenai kebijakan-kebijakan seperti ini
tidak sepihak saja, karena ini sudah mengkerdilkan daerah Tapanuli Utara
sendiri yang dikenal sebagai wisata rohani termasuk dengan sistemik pendidikan.
Kekhawatiran
Bapak Nikson mengenai persyaratan
Institut menjadi Universitas dalam pasal 5 angka (1) huruf (d) Peraturan
Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2014 diatur mengenai jumlah, jenis, prodi, jurusan
dan Fakultas sebenarnya tidak menjadi hambatan IAKN menjadi Universitas Kristen
Tapanuli. Untuk menjadi universitas dibutuhkan 4 Fakultas, dan IAKN punya 4
fakultas; yang perlu di perhatikan tinggal penambahan jumlah jurusan dan prodi
Keagamaan dan langkah yang perlu dilakukan ialah duduk bersama dengan Persatuan
Gereja Iindonesia wilayah Sumatera Utara.
Kemudian persyaratan yang selanjutnya dalam Pasal 5
angka 2 huruf (a) Untuk menjadikan IAKN menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan
harus merupakan kebutuhan masyarakat. Inilah yang menjadi letak permasalahanya,
kenapa? Karena wacana yang di lontarkan, nantinya gedung rektorat dan fakultas
kedokteran saja yang ada di Tapanuli Utara sedangkan Fakultas lain akan berada
di luar Tapanuli Utara. Maka akan banyak pelajar yang dari pelosok Tapanuli
Utara akan mengurungkan diri atau niatnya untuk kuliah. Saya juga sempat berbincang
dengan beberapa mahasiswa IAKN yang sedang PPL yaitu Sdri Dorince Manalu dkk
yang menyatakan ketidaksepakatan mereka, karena nantinya fakultas kedokteran
yang berada di Tapanuli Utara, yang notabene berbiaya mahal hanya, dan mereka
tidak ingin kekristenan di Tapanuli Utara lekang begitu saja. Artinya
pemerintah dalam hal ini Bapak Nikson harus juga memperhatikan kebutuhan dan
kondisi ekonomi masyarakat Tapanuli Utara khususnya.
Jangan pula ingin menutup IAKN dengan sepihak.
Dengan kata lain jangan gegabah untuk menjadikan Universitas Tapanuli Raya
dengan meninabobokan IAKN hanya karena gedung Rektoratnya nanti dibuat di
Tapanuli Utara. Resiko yang besar karena masih meraba, dan berulang kali saya
tegaskan menjadi momok yang akan menghapus Identitas Bangso Batak. Sikap yang
diutarakan IAKN sudah tepat untuk mewujudkan Universitas Kristen di Tapanuli.
HORAS!!!
0 Komentar