Penulis : Novenra Purba
Sudah berbulan-bulan kita masyarakat Indonesia harus berlindung dan berada di rumah saja untuk mendukung program PSBB pemerintah guna mencegah dan menekan angka penularan Covid-19.
Istilah-istilah work from home dan study from home sering kita dengar dimasa pandemi ini. Dimana segala aktifitas diluar rumah kita harus diberhentikan sementara dan apabila memungkinkan dikerjakan dari rumah saja dengan sistem online. Tentu saja kegiatan kita yang dibatasi dan hanya berada di rumah pasti berdampak terhadap kehidupan sosial kita.
Kehidupan sosial kita bisa terpengaruh karena kemungkinan emosional psikolog kita yang berubah saat menjalani karantina dimasa pandemi ini. Kita pasti ada merasakan bosan ketika hanya berada di rumah sehingga merubah emosi kita. Terkadang akibat rasa bosan tersebut kita jadi gampang marah, sensitif, dan penuh kecemasan dengan ketidakpastian sampai kapan pandemi ini akan berhenti.
Kali ini saya akan mencoba menulis dampak sosial bagi para perempuan Indonesia dimasa pandemi ini. Dari berbagai sumber yang saya baca mengenai dampak sosial bagi perempuan akibat dari pandemi ini adalah meningkatnya kasus KDRT yang dialami banyak perempuan di Indonesia. Menurut Tuani Sondang Rejeki Marpaung, anggota Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) terjadi peningkatan pengaduan kasus kekerasan, perkosaan, pelecehan seksual, dan pornografi online di masa social distancing ini.
Semenjak anjuran social distancing dikeluarkan, LBH Apik praktis menerima pengaduan melalui hotline, sosial media, dan email. Dari tanggal 16 Maret sampai dengan 12 April tercatat ada 75 pengaduan kasus. Angka yang tertinggi itu penyebaran konten-konten intim sangat banyak, peringkat kedua disusul dengan kasus-kasus KDRT.
Saya pernah membaca bahwa KDRT terbagi menjadi menjadi empat kategori, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan finansial, dan kekerasan seksual. Nah kemungkinan besar banyak perempuan di Indonesia ini baik kita sadari atau tidak mengalami keempat kekerasan tsb. Kondisi ekonomi menjadi salah satu faktor utama mengapa KDRT terjadi di tengah pandemi corona ini.
Iya sebagaimana kita ketahui hal tersebut juga dipengaruhi karena banyaknya para pekerja yang dirumahkan bahkan di-PHK. Kesehatan mental perempuan dimasa pandemi ini harus diperhatikan untuk menekan traumatis yang dialami oleh perempuan akibat kekerasan di dalam rumah tangganya.
Selain kasus KDRT yang meningkat terhadap perempuan Indonesia, ada hal lain yang angkanya ikutan meningkat dialami perempuan di Indonesia yaitu angka kehamilan yang diperkirakan melonjak di masa pademi ini. Kondisi ini terjadi karena pada masa pandemi Covid-19 layanan untuk alat kontrasepsi di sejumlah klinik dan bidan tidak berjalan seperti biasanya.
Sementara para ibu pengguna alat kontrasepsi juga banyak yang tidak datang ke klinik karena khawatir tertular virus korona baru yang menyebabkan penyakit Covid-19. Dari hasil laporan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat jumlah pengguna alat kontrasepsi menurun sekitar 40 persen. Tentu saja hal ini bisa mengakibatkan lonjakan jumlah penduduk yang tinggi.
Itulah beberapa kabar perempuan Indonesia saat ini yang bisa saya rangkum. Semoga ketika kalian sudah membaca tulisan bisa bertanya kepada ibu, istri dan saudari perempuan kalian Apa kabar hari ini? Mari hargai para perempuan seperti menghargai diri kita sendiri. "Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk pria, bukan dari kepalanya untuk jadi atasannya, bukan pula dari kaki untuk dijadikan alasnya, melainkan dari sisinya untuk jadi teman hidupnya, dekat dengan lengan untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai,” pesan Kang Bahar (Preman Pensiun).
0 Komentar