FENOMENA MENCARI MUKA DI MASA PANDEMI CORONA


Novenra Purba*
Pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang menyerang banyak negara di dunia mengakibatkan lumpuhnya perekonomian global. Hal ini disebabkan karena beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintahan negara masing-masing yang membatasi setiap kegiatan para warga negaranya. 

Pembatasan aktivitas diluar rumah yang dilakukan oleh pemerintah di banyak negara bertujuan untuk menekan atau memutuskan rantai penularan Covid-19 yang begitu cepat. Tidak sedikit negara yang bahkan memutuskan mengambil kebijakan lockdown untuk melindungi warga negaranya dari Covid-19 tersebut. 

Adapun beberapa negara itu adalah China, India, Italia, Polandia, El Savador, Irlandia, Spanyol, Denmark, Prancis, Malaysia dan banyak lainnya. Tentu saja efek dari kebijakan tersebut  melumpuhkan perekonomian global karena banyak perusahaan yang memberhentikan kegiatan produksi dan pelayanannya. Semua negara merasakan pemerosotan ekonomi  baik negara maju dan negara berkembang akibat dari pembatasan aktivitas ini.  

Pemerintahan Indonesia juga mengambil keputusan membatasi seluruh kegiatan warganya di luar rumah, tetapi bukan kebijakan lockdown melainkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Akibat dari penerapan kebijakan tersebut sudah sangat kita rasakan terutama di bidang perekonomian. Banyaknya pegawai dirumahkan bahkan dipecat dan para pedagang yang rugi karena tidak ada pembeli sedikit contoh dari efek pandemi Covid-19 ini. Namun, efek yang lebih parah lagi adalah kelaparan yang melanda beberapa daerah di Inodnesia. 

Pemerintah Indonesia sudah melakukan beberapa usaha untuk membantu warga negaranya yang terkena imbas dari pandemi ini. Beberapa upaya pemerintah Indonesia adalah pemberian BLT sebesar Rp 158 T, kartu sembako sebesar Rp 43 T, kartu prakerja sebesar Rp 20 T, pembebasan tarif listrik sebesar Rp 3,5 T dan bantuan pembagian sembako di beberapa daerah. Mungkin diantara kita sudah ada yang merasakan dan bahkan belum sama sekali. Maklum sistem birokrasi kita yang masih “ribet” bahkan belum “transparaan”  adalah penyebab ketidakmerataan bantuan sosial tersebut. 
Namun ada hal-hal lucu atau mugkin miris bagi beberapa pandangan kita mengenai bantuan sosial yang sedang viral belakangan ini. 

Seperti bantuan Bupati Klaten, Ibu Sri Mulyani yang membagikan hand sanitizer ditempeli foto wajahnya dari Kemensos. Mendengar dirinya sedang viral beliau pun menanggapinya bahwa hal itu wajar dan sah-sah saja. Ada beberapa statement beliau yang tercatat di media berita; 
"Saya kan kepala daerah, wajar memakai foto saya, ya masak memakai foto kera," 
"Kalo Bupatinya saya, ya memakai foto saya, masak memakai fotonya Bupati lain,"
"Kalo soal Ombudsman dan Bawaslu menilai ada pelanggaran, apa yang salah dan saya langgar di mana?” 
Ada juga warga Ogan Ilir, Sumatera Selatan, dihebohkan dengan foto yang beredar di media sosial, memperlihatkan gambar beras bantuan untuk warga terdampak Covid-19 dengan gambar wajah Bupati Ogan Ilir Ilyas Panji. 

Secara garis besar bantuan tersebut bukanlah murni hasil kebijakan mereka namun adalah kebijakan pemerintah pusat melalui Kemensos, tetapi diklaim oleh mereka dengan cara yang terlalu norak. Apapun motif mereka melakukan hal ini entah itu mencari muka, membuat panggung politik atau tugas dari partai politiknya telah membuat kisruh ditengah masyarakat. Miris melihat masih ada beberapa oknum yang masih saja bermain intrik politik di tengah bencana yang dirasakan oleh rakyatnya. Banyak yang beranggapan juga bahwa para oknum tersebut ingin mencuri start dengan memanfaatkan momen seperti ini untuk kampanye terselubung. Apalagi banyak pilkada yang diundur akibat dari Covid 19 sehingga dianggap bonus waktu untuk berkampanye terselubung demi mendapatkan hati rakyat. 

Sudah seharusnya ditengah kondisi seperti ini para pemimpin di negeri ini bekerja lebih serius lagi dan tetap gunakan hati nurani demi rakyat yang dipimpinnya. Masalah mencari suara demi mengamankan posisi dimainkan saja ketika pandemi ini selesai. Memang ditengah situasi seperti ini banyak pemimpin daerah yang disoroti dalam mengambil kebijakan membantu rakyatnya. Jadi ketika mau disoroti kerjakanlah tugas dengan baik bukan mencari sensasi seperti artis-artis kontroversi yang mempertahankan karir dengan konflik atau settingan. Ingat pesan dari Bung Nelson Mandela: 
”Seorang pemimpin seperti seorang gembala. Dia tetap berada di belakang kawanan domba, membiarkan yang paling gesit maju, lalu yang lainnya mengikuti, tanpa menyadari bahwa selama ini mereka diarahkan dari belakang.”

*Orangtua sering manggil aku nopen sesuia nama belakang yang bermakna berharap hidup tanpa penderitaan ( No Pain) dibaca Nopen. Pria berdarah Batak yg lahir di hari pahlawan Indonesia yang berusaha terus berjiwa nasionalisme dan patriotisme. Kegiatan lagi di rumah karena dirumahkan oleh Covid 19.



Mohon Bantu Subscribe Kanal YouTube Kami


Posting Komentar

0 Komentar