Pandemi tingkatkan gejala narsistik manusia

Pendidikan, Bisnis, Hiburan, Peribadatan, serta Percintaan, semuanya dilakukan secara Online selama setahun kurang lebih semenjak pandemi covid 19 menjajah bumi. Namanya pandemi, pastinya dirasakan oleh seisi warga dunia. Bayangin, segala aktivitas yang biasanya dilakukan tatap muka dialihkan menjadi pertemuan elektronik yang menggunakan ponsel atau laptop dengan kebutuhan berbeda dari setiap individu atau kelompok. Bagi sebagian orang, aktivitas tersebut tidak lagi asing, sisanya menjadi kewalahan karena dihantui kecemasan dan kerisauan karena tidak mampu hidup tanpa interaksi dan tatap muka. Alhasil, manusia yang berbulan bulan melakukan semuanya secara daring akan mulai kebingungan untuk mengekspresikan diri dan eksistensi.
Sumber : Istimewa



Awalnya hanya tertarik pada beberapa akun standar diantaranya Facebook, Instagram, Twitter, lalu mulai berkenalan dengan Tik Tok, Zoom, Bigo, Snapchat dan lainnya. Selanjutnya, beberapa orang hanya berniat melakukan interaksi zoom untuk melakukan pertemuan urgent seperti rapat, kelas online dan lainnya, lama kelamaan membuat grup arisan keluarga atau klub pertemanan di aplikasi tersebut. Selain itu, awalnya mungkin sebagian orang hanya ingin menonton video musik dari Tik Tok, kemudian lama kelamaan iseng merekam diri sedang berjoged ria, atau tengah menjahili seseorang, atau pamer belanjaan dan isi dompet, kemudian berujung menghasilkan uang.

Tidak berhenti sampai disana, apapun aktivitas yang dibatasi tersebut lama kelamaan sering dipoto, direkam dan dijadikan story. Mulai dari pengambilan gambar diri sendiri, gambar hewan, atau gambar hasil karya dirumah, semuanya diupload dengan sedikit 'provokatif' supaya menghasilkan lebih banyak love dari pengikut. Semakin banyak yang melihat story yang dibagikan, maka ada kepuasan yang meningkat dan menambah semangat. 

Coba bertaruh apakaj seorang introvert semakin tenggelam ditengah pandemi atau terpaksa harus ikut merangsang diri untuk lebih terbuka dan narsis sedikit agar mendapatkan tempat di era pandemi? Bagaimana kalau si introvert tengah berdagang atau mempromosikan produknya? Atau bagaimana lagi dengan sang introvert yang memiliki banyak karya dan kreatifitas? Mustahil baginya untuk melakukan pameran atau pagelaran ditengah pandemi begini, pastilah akan ada aktivitas daring yang praktis dan efisien.

Kalau sang introvert demikian, bagaimana dengan ekstrovert?

Posting Komentar

0 Komentar