Menghayati lagu Zona Nyaman Fourtwnty


Sembilu yang dulu
Biarlah berlalu
Bekerja bersama hati
Kita ini insan bukan seekor sapi


https://www.youtube.com/watch?v=CghTn8OkHL4 (Cover oleh remaja Amplas yang sedang berkumpul di Literacy Coffee)

Hampir di setiap kedai kopi, oleh kaula muda, dalam kesempatan apapun, petikan gitar mengalunkan lagu Zona Nyaman karya Band Indie Fourtwnty. Terdengar renyah dan asyik, lagu ini membawa nuansa baru dalam peredaran musik di Indonesia. Dan apabila menyebutkan liriknya, lidah seperti tersihir mengucapkan sepatah dua patah satir bagi sebagian manusia yang tidak menjadi diri sendiri. Mereka lah yang disebut pencari kebahagiaan namun merayap dalam lingkar hampa nan semu.


Penggiat Literasi merupakan insan yang mampu melepaskan zona kenyamanan. Sebab kecanggihan teknologi mulai mengikis kemauan kita untuk membaca dan mencari referensi dari setiap asumsi dan opini. Sehingga hoax pun semakin enteng disebar ke segala penjuru. Bagaimana tidak tawaran teknologi untuk mendapatkan popularitas secara instan pun kian dicapai setiap orang. Melakukan sebuah inovasi dan penemuan bukanlah suatu hal yang menarik lagi, tidak seperti ilmuwan pada abad 17-18. Sekarang zona kenyamanan untuk tetap bertahan dalam kemalasan membaca dan diskusi pun dipertahankan. 

Entah sebuah ironi atau bukan, namun Fourtwnty juga sukses menjadi penyanyi milenial yang keluar dari zona nyaman, Seakan memahami manusia, mereka berhasil menciptakan sebuah persuasi bagi manusia yang hidup dalam rutinitas memuakkan, bekerja mencari makan, kalau tidak melakukannya maka mati kelaparan. Bekerja seperti seorang budak atau sapi, sehingga menjilat pun terkadang dilakukan. Tidak berasaskan nurani, melakukan segalanya demi kepuasan materi. Dan, sudah siapkah keluar dari Zona Nyaman?

Posting Komentar

0 Komentar