Lake Toba Film Festival: Fokus Apresiasi dan Edukasi

Medan, 14 November 2019– Lake Toba Film Festival memfokuskan diri mengapresiasi sineas-sineas Indonesia terutama yang masih berkecimpung di film-film lokal dan juga memberikan edukasi perfilman kepada peserta. Hal ini disampaikan Ori Semloko Direktur Lake Toba Film Festival. 
Ori menjelaskan sebagai bentuk apresiasi di Lake Toba Film Festival akan diputar berbagai-berbagai film dari sineas-sineas lokal Sumatera Utara yang dikumpulkan dari peserta-pesaerta simposium yang merupakan sineas lokal dan sineas luar Sumatera. Selain itu, ada juga pemutaran film-film dari berbagai festival film di Indonesia antara lain, Film TV Hanyar dari Aruh Aluh Kalimantan, Film Mama Mariode dari Papuan Film Festival, When Women Fight PT 2 dari Indigenous Film Festival Kalimanta, dan masih banyak lagi. 
Sebagai upayanya, Ori menceritakan film-film tersebut selain dipertontonkan di lokasi festival yaitu Pantai Indah Situngkir juga akan dipertontonkan di desa-desa sekitaran Danau Toba, salah satunya Desa Lumban Suhi-suhi.
Tidak hanya film-film itu, tahun ini panitia Lake Toba Film Festival juga memproduksi film yang bertema kearifan lokal dengan judul Bonapasogit. Panitia mencoba memberdayakan masyarakat lokal yang sebenarnya memiliki potensi dalam perfilman. Mama Anju misalnya yang memerankan Namboru dalam film yang mengaku sebelumnya tidak mengenal dunia peran.
Dalam edukasi, Ori menuturkan banyak ruang yang disediakan untuk peserta. “Ada Kalaideskop, Simposium, dan kelas-kelas dasar perfilman,” tuturnya.
Ori menjelaskan dalam kalaideskop akan dipamerkan perjalanan film-film Sumatera Utara. Jadi seperti museum mini. Ia beranggapan, kaleideskop ini kan menjadi icon unik dan memberi pengetahuan yang kaya kepada peserta yang mengunjunginya. “Di Sumatera Utara belum ada ruang seperti itu, dan kita menyediakannya di Lake Toba Film Festival.”
Hal yang sama juga disampaikan Roi Manta Sembiring Wakil Direktur Lake Toba Film Festival. Ia menuturkan bukan hanya kaleidoskop saja yang memberi edukasi, ada simposium yang menampung sineas-sineas lokal dan luar Sumatera yang akan mendiskusikan dan berbagi wajah perfilman Indonesia. “Pesertanya macam-macam ada dari Jogja, Padang Panjang juga,” katanya.
Selain Simposium, Roi menegaskan ada kelas-kelas yang dikhususkan kepada para pejalan. ada kelas penulisan scrip, sinematografi, dan editing. 
“Ayo sama-sama mengapresiasi film-film kearifan lokal. Semoga kearifan lokal yang di Danau Toba khususnya Samosir dapat diakses melaui media film yang memberi efek kepada pariwisata sehingga bisa memperkuat ekonomi masyarakat,” tutupnya.
Rumah Karya Indonesia

Posting Komentar

0 Komentar