Polemik Soal Babi Di Diskusikan di Literacy Coffee



Siapa yang tidak tau dengan binatang berkaki empat ,berwarna pink(ada juga warna lain), hidung unik dan  bentuknya banyak diadaptasi menjadi boneka. Nama nya juga sering sekali menjadi ejekan atau cacian kepada lawan atau kawan, seperti sudah budaya kata “babi” sering keluar dari mulut masyarakat sumatera utara kebanyakan, ketika mereka sedang marah.  Babi memiliki citra yang buruk di beberapa kelompok masyarakat di sumatera utara, ia digambarkan kotor, pemalas dan rakus, babi juga dilarang dikomsumsi(haram) oleh agama mayor yaitu islam, sehingga babi kehilangan simpatik darinya, namun babi bagi beberepa kelompok masyarakat sumut seperti batak, babi sudah menjadi  penghidupan, karena kebayakan orang batak beternak babi dan dalam acara adat maupun spritiual babi digunakan menjadi sajian.

Beberapa bulan terakhir babi menjadi perbincangan yang hangat di wilayah sumatera utara, babi mengalami kematian massal yang disebabkan oleh virus korela dan ini bertepatan pula dengan issue wisata halal kawasan danau toba. Pada hal kawasan danau toba dihuni etnis batak yang mayoritas masyarakatnya dari dulu berternak babi sebagai mata pencarian.  Banyak para aktivis, akademisi maupun sipil berasumsi bahwa kedua hal ini berhubungan yaitu penyebaran virus korela sengaja untuk mewujudkan wisata halal, mereka menyebutnya konspirasi.

Melihat fenomena ini, Literacy coffe sebagai wadah yang sudah sering menjadi tempat diskusi  seputar isu-isu local maupun nasional,  mengadakan diskusi berjudul “Ada apa denganmu, babi  ?” pada hari minggu, 19 januari 2020 pukul 19:00wib. Diskusi ini dimoderatori oleh Rico Nainggolan dan menghadirkan 3 orang pemantik diantaranya Ambrin Simbolon(kord. AMPDT), Ian Pasaribu S.I.P.,M,Si.(dosen ilmu politik USU) dan Sutrisno Pangaribuan(Anggota DPRD SUMUT 2014-2019). Diskusi ini bersifat umum sehingga peserta yang hadir dari berbagai latar belakang, ada mahasiswa, akdemisi, sipil dan lain lain.

Sutrisno menyatakan ia telah bertemu dengan Gubernur sumut bapak Edi Rahmayadi, menyampaikan bahwa public resah dengan pemusnahan babi, gubernur mengatakan ia tidak memiliki kenginan memusnahkan babi, sehingga Sutrisno menegaskan gubernur dengan segala kewenangan tidak memiliki niat untuk memusnahkan babi. Sutrisno juga sudah bertemu dengan Dinas perternakan bahwa tidak ada rencana pemusnahan babi. Sutrisno memberikan oto kritik bagi peternak babi yang masih jauh dari kebersihan.


Amrin berpendapat keberadaan babi memiliki peranan penting bagi masyarakat batak, banyak orang tua dikampung yang menyekolahkan anaknya dengan berternak babi, dalam acara adat adat babi(horbo nametmet)  telah menggantikan kerbau sebagai sajian wajib. Di kuliner babi juga telah menghiasi kehidupan orang batak dikaro ada bpk, ditoba ada saksang dan lain lain. Melihat polemic yang terjadi dengan babi amrin mengharapkan agar babi tidak musnah.
Ian mengatakan setelah isu tentang babi ini menyebar luas di media penurun penjualan daging mengalami penurunan, info ini di dapat dari pedangang langsung yang ia beli daging babinya. Dengan isu yang menyebar luas dimasyarakat pemerintah seharusnya berperan sebagai penenang dalam menjelaskan situasi yang terjadi agar masyarakat tidak gelisah.
Diskusi ditutup dengan manyarakan agar kita mencari data-data kongkrit terkait polemik ini, agar masalah babi cepat terselesaikan dan juga memberikan edukasi berternak bagi masyarakat agar kedepannya perternakan babi menjadi lebih baik.

Posting Komentar

0 Komentar