Daun Daun Itu Tidak Lagi Berguguran

Oleh : pdgsgk
Dek, aku rindu kampung halamanku. 
Aku ingin sekali kembali dan mengulang masa lalu, menjelajahi tempat tempat singgah yang pernah kulalui di masa masa kecil. Kota ini, sungguh membuatku pusing.

Belum lagi pekerjaan pekerjaan kantor membayangiku.  Hal ini membuat diriku berfikir ingin kembali ke masa kanak kanakku dulu.

Aku pening.
Pulanglah, bang. Jika menurutmu itu baik bagi dirimu, pulanglah. Sembari nanti kau kabarkan ke saudara di kampung kita akan menikah.

Ya, ya, ya, kau benar. Aku akan pulang dan aku masih ingat ternyata kita sudah merencanakan pernikahan tahun depan. baiklah kekasihku, aku akan pulang untuk mengenang masa laluku dan mengabarkan suka cita kita.

**
Perjalanan sudah di tentukan. Tanggal sudah pasti. Kampung menunggu. Aku kembali.
Sesampai di kampung, ku sengaja untuk tidak mengabarkan kepada siapa pun.  Aku ingin menikmati jalan kaki sembari akan singgah di spot tertentu yang selalu menjadi tempat favorit di waktu remaja. Kala itu, hutan alam yang terpapar seluas jalanan kampung menjadi keindahan yang aku kagumi. Jika di musim kemarau, aku tidak akan merasakan panas yang menyengat walaupun terik matahari. Sejuk. 

Selalu sejuk yang menyapa. Daun daun berguguran, diterbangkan angin. Kemarau menjadi waktu terindah kala itu.
Akan  kutempuh jalan enam kilo-meter dengan jalan kaki untuk sampai di rumah. Sendirian.  Aku menapaki jalanan. Sepi.
Di pertengahan, rinduku terbunuh. Angan anganku sirnah. Di tengah rasa lelah, kecewa menghantuiku. Aku melihat pohon terbesar yang pernah menjadi pohon kesayanganku, yang selalu aku panjat untuk menatap ke seluruh desaku telah punah. Pohon pohon di sekelilingnya pun tidak lagi membubung tinggi. Tinggal batangnya dan bekas gergaji mesin. Aku terpaku. Jika dulu aku menatap kampung halamanku harus dari pucuk pohon tertinggi itu, kini, aku sudah menatapnya tanpa harus memanjat. Ku tatap dari jauh rumah rumah itu. Ahh, sungguh tidak mungkin.

 Aku terduduk di bekas pemotongan pohon tumbang. Ku renungi kehadiranku disana. Kemudian ku terawang masa lalu. Dulu, saat mata hari se terik ini, aku berlindung disini, dulu saat angin sekencang ini, daun daun berguguran tepat di hadapanku.

Hari ini, semuanya sirnah. Aku tidak pernah membayangkan pohon pohon itu sudah tumbang. Aku tidak pernah tahu kehadiranku disini hanyalah untuk meratapinya. Ternyata daun daun yang ku bayangkan di masa lalu tidak lagi berguguran.

Sesaat setelah itu, kuputuskan untuk pulang. Kuputar arah perjalananku, aku tidak lagi sampai di kampung di mana aku besar itu dan kabar pernikahan itu ku bawa kembali ke tanah perantauannku.
Ahh.

Posting Komentar

0 Komentar