Gender

Karya Renjaya Siahaan

Oleh : sigak
Gender adalah nama pemberian dari seorang ibu yang pernah menderita karena ketidakadilan dari laki laki terutama suaminya. Suaminya yang kejam bahkan tega meninggalkannya ketika hamil muda tanpa sebab. Dia hidup sendiri tanpa keluarga. Dia hanya punya bayi yang sedang dia kandung. Beberapa saat si perempuan melahirkan seorang putri yang manis dibantu oleh bidan desa saat itu. Dengan penuh air mata dan tangisan kebahagiaan si ibu mencium anaknya. Dia memberi nama putrinya gender. Dengan harapan suatu saat nanti kedudukan seorang perempuan dan laki laki itu sama dan setara. Perempuan tidak hanya pelengkap kehidupan. Dan tidak ada syarat untuk bertindak semena mena terhadap perempuan.

Gender tumbuh besar dalam bimbingan ibunya dia disekolahkan namun tak dapat tamat. Selain factor biaya juga karena gender selalu di ejek oleh laki laki disekolahnya. Gender tak tahan dan akhirnya dia meninggalkan sekolahnya. Dirumah ibunya menjadi guru bagi gender yang selalu mendapat ajaran ajaran tentang kehidupan yang tak didapat seorang pun di dalam kurikulum sekolah. Hingga masa masa dewasa gender akhirnya dipinang oleh seorang laki laki dari luar desa. Ibu mengijinkan dengan berat hati hingga akhirnya gender menikah. Ibu memutuskan untuk tetap derada di tempatny semula. Gender memulai hidupnya yang baru  ditempat lain dan ibunya tinggal sendiri.

*********
Pagi pagi sekali gender sudah pergi ke pasar sambil bergumam sampai kapan aku harus selalu di dapur, hanya jaga anak, dan hanya melayani suami. Sampai kapan perempuan hanya harus melayani seks selalu dilecehkan dan hanya dianggap sebagai pemuas nafsu saja. Yang buat aturan itu siapa sih kayaknya ga ada otaknya. Dia juga terlahir dari Rahim seorang ibu. Eh, aku lupa ternyata perempuan katanya hanya pelanjut keturunan ya, lihat saja kalo istri ga melahirkan dalam beberapa tahun pasti dibilang wanita pembawa sial, mandul, atau akan diceraikan dan suami akan mencari istri baru untuk memuaskan hasrat seksnya. Laki laki memang biadab ga punya perasaan tolol setan !!!. emangnya laki laki ga bisa ya dibilang pembawa sial ? emangnya laki laki ga bisa ya mandul ? kan bisa, lihat aja di era modern ini . ilmu kedokteran kan bilang kalo bukan hanya wanita yang mandul laki laki pun bisa.

Tak disadari ditengah perjalanan Gender hampir saja diserempet oleh mobil. Eh biadab kalo bawa mobil hati hati dong kami juga manusia masih mau hidup. Tiba tiba mobil berhenti dan si pengendara keluar dari mobil dan balik mengumpat si gender he apa hak kau mengumpat aku !!! aku ini laki laki kau ini hanya perempuan tak ada hak kau tolol!!! Kerjamu hanya di dapur aja ga ada hak kau mengumpat. Sambil menunjuk nunjuk kening si gender dengan telunjuknya. Dan si pria berlalu dengan penuh kemenangan. 

Sepeninggalan si pria brengsek itu gender menangis sampai kapan sih nasib ku selalu begini? Tak punya hak untuk menuntut sekalipun aku benar. Tak disadari air mata terurai dari mata indah si gender. Dia tak kuasa lagi meratapi nasibnya. Aku harus bisa perjuangkan hakku.sesampainya di pasar ia bertemu temannya. Eh eda kepasar juga ya kata temann gender sambil tersenyum lebar. Gender hanya menganguk aja sambil duduk disamping temannya yang kebetulan makan poccal dilaponya nai sarmini. 

Di lapo, sambil bercerita gender memesan poccal giling yang kebetulan makanan favoritnya. Yen, aku mau curhat nih tentang nasib kita sebagai perempuan terus terusan aja di nomor duakan, dilecehkan, dan tak bisa mengeluhkan nasib kita serta hak hak kita. Padahal kita sebagai perempuan juga punya hak untuk setara dengan mereka. Ditambah lagi kita udah melakukan segala kewajiban kita sebagai istri.

Pesanan datang dan gender makan sambil terus bercerita dan mengatakan kita harus menuntut hak kita. Namun aku belum tau caranya kata gender sambil melahap poccal terakhirnya. Yeni hanya mengangguk angguk mendengar cerita gender ternyata memberi sedikit respond an berkata bagai mana kalau kita kumpulkan teman teman kita satu desa dan disitu kita bicarakan bersama ?. gender setuju dan tersenyum dan berkata ayo kita lakukan.

Keesokan harinya gender dan yeni mulai menceritakan keinginan mereka untuk menyetarakan hak mereka supaya tidak ada perbedaan antara laki laki dan perempuan. Sudah saatnya kita bangkit kita harus berjuang.kita tak boleh terus terusan terpuruk dan tertindas. Kita sebagai perempuan harus paejuangkan hak kita. 

Dalam beberapa bulan terakhir ternyata propaganda mereka berhasil. Mereka melakukan pertemuan pertama di rumah sarmini yang kebetulan sudah janda beranak satu itu. Anaknya cantik kira kira berusia 20 tahun. Jumlah istri yang ikut sebanyak 30 orang, gadis 17 dan anak anak yang masih menetek jika di ikut sertakan ada sebanyak 5 bayi. Mereka semua berangkat dari rumah masing masing engan alasan yang berbeda. Ada yang mengatakan arisan da nada yang secara diam diam prig dari rumah. Setelah waku yang ditentukan sudah dating mereka memulai nya. Pertemuan di pimpin oleh gender yang juga sebagai penggagas. Dan wakilnya yeni sebagai teman gender pertama yang membantu gender untuk memulai keinginannya. Hal pertama yang mereka lakukan setelah membacakan tuntutan kaum hawa tersebut adalah bagaimana caranya kita supaya tidak terus terusan begini ?   

Seorang perempuan dari dekat pintu mengatakan kita harus puasa melayani suami. Seorang lagi bilang kita harus sekolahkan anak anak perempuan kita juga. Supaya jangan hanya kaum adam yang menikmatinya. Supaya anak anak perempuan kita jangan hanya didapur saja. Kita harus perjuangkan ini. Suasana kian menegang ketika seorang perempuan mengatakan perempuan juga harus berani melawan suami yang berani menampar istri, menendang bahkan membuat wanita seperti seekor anjing. Selama ini KDRT selalu bertambah dan ditutup tutupi oleh pemerintah. Mereka menganggap itu hal sepele, sehingga tak pernah di tuntaskan. Ditempat tempat lain pemerkosaan meraja lela. Tapi tetap juga tak ditindak jika siperempuan melapor malahan si polisi bilang salah sendiri kenapa keluar dari rumah, atau kenapa make baju yang membuat nafsu.

Suasana rapat pun menegang suara dari tiap mereka keluar dan membenarkan perkataan si ibu tadi. Gender menenangkan suara mengambil keputusan pertama. Bahwa setiap wanita harus puasa seks tidak melayani suami dalam beberapa waktu. Mereka pun setuju dan mereka kembali kerumah masing masing.setelah peristiwa pnting dalam sejarah kampung mereka hasil diskusi mereka telah mereka jalankan. Dan ternyata si suami tak tahan dengan perlakuan mereka. Mereka harus segera melepas hasrat mereka namun tak tau mau berbuat apa. Suami selalu memaksa istrinya namun karena tekad yang kuad diantara ibu ibu tersebut maka mereka terus berontak. 

Tapi tak semua yang berhasil, masih ada diantara mereka yang di tempeleng suami jika melawan. Kekerasan demi kekerasan ternyata semakin meraja lela sehingga dengan terpaksa harus diadakan pertemuan kedua untuk membicarakan langkah apa yang akan mereka lakukan. Dan pertemuan yang tak diketahui oleh kaum adam ini pun memutuskan untuk aksi diam di rumah ditambah tidak melayani suami.

Dengan penuh harapan untuk dapat setara dengan para pria mereka melakukan apa yang di rapatkan tadi. Melihat perubahan yang seperti itu membuat beberapa suami bertanya Tanya ada apa dengan istri mereka. Setiap kali ingin ditanya ibu ibu malah menghindar. Tak terkecuali suami gender, saking ingin tahunya ada apa dia mengejar gender dan menangkap tangannya, bertanya dan memaksa namun malah terus bungkam. Hal itu membuat dia bingung dan pergi ke lapo untuk minum tuak. Disana ia bercerita kepada teman temannya tentang perilaku istrinya. tenyata hal yang sama juga mereka rasakan dirumah masing masing. Dan mereka memilih untuk menyelidikinya karena mereka tak mau tradisi yang selama ini mereka anut hilang begitu saja. Mereka tak mau istri istri mereka tak lagi dibawah tangan mereka. Mereka tak mau perempuan setara dengan mereka. Karena  perempuan meurut mereka hanya pantas melayani suami saja dan harus tunduk pada mereka meski salah sekalipun.

Akhirnya pertemuan para ibu ibu itu ketahuan oleh para orang desa. Dan mereka pun di paksa untuk tak lagi mengikuti pertemuan itu, mereka mengutuk gender yang mempengaruhi sehingga mereka jadi sesat. Mereka tak lagi peduli suami, mereka sudah melupakan tradisi. Gender tak berhenti disitu, dia dan temannya yang masih setuju untuk menyamakan hak mereka kembali menunjukan perlawanannya dengan melakukan protes ke kepala kampong mereka. Mereka tak di dengar dibubarkan dan berkata tempat kalian hanya didapur dan di ranjang. Tak ada hak kalian untuk menuntut biadab kalian kata kepala kampong tersebut.

Mereka akhirnya bubar kembali kerumah masing masing dengan muka kecewa. Tapi di lain sisi perasaan penuh kemenangan ditunjukkan oleh suami mereka. Mereka mulai mengolok olok. Jangan berani melawan kalau tidak mau disiksa atau diceraikan tugas kalian Cuma di dapur. 

Dikampung telah dibuat aturan tidak ada boleh perempuan arisan, bertemu lebih dari 2 orang, dan perempuan hanya di rumah saja jaga anak , ke pasar belanja, dan di dapur serta di ranjang. Semenjak diberlakukannya aturan tersebut tak ada lagi perkumpulan antara ibu ibu tersebut. Mereka sudah mulai takut lagi melawan mereka sudah diam lagi jika di siksa. Kejadian yang seperti dulu yang diwariskan oleh nenek moyangnya itu tetap berlaku. Perempuan tak boleh duduk sama rata dengan laki laki.
Namun lain dengan gender, dia selalu memegang prinsipnya dia terus berjuang meskipun sendiri. Tapi tak pernah berhasil. dirumah dia selalu bertentangan dengan suaminya, jika suaminya salah dia selalu menasehati dengan tegas, jika suaminya akan memukulnya dia akan melawan terus.hingga akhirnya dia diceraikan oleh suaminya. Sebenarnya dia tak mau di ceraikan dia terus memprotes akan tetapi kekuatan adat tak berpihak pada perempuan akhirnya dia kalah. 



Gender kembali ke tempat dimana dia pernah dididik. Ke desa dimana ibunya pernah ditinggalkan oleh ayahnya. Di desa dimana dia tumbuh kembang menjadi manusia yang tegar. Dengan langkah gontai gender memasuki pekarangan gubuk yang menjadi kenangan baginya. Dengan penuh Tanya ibunya menyambut gender ada apa. Dia ceritakan semua yang dia alami selama ini mulai dari mengajak teman sekampungnya untuk menuntuk kesamaan gender. Menang saya berhasil mengumpulkan mereka dan mendapat respon positif. Hanya saja mereka kalah karena kekuatan hukum adat tak berpihak.
Ibunya mulai reda, kembali memeluk anaknya sambil berkata kau tidak kalah nak, segala perjuangan yang pernah engkau perjuangkan tidak akan hilang. Suatu saat itu akan bangkit kembali seiring denagn berkembangnya waktu. Kau menang nak, sudah kau tanamkan ajaran yang pernah ibu beri padamu, perlahan itu akan tumbuh subur dan beranak cucu, kita menang nak. Meskipun kita tak sempat lagi rasakan. Perjuanganmu akan terus di kenang dan kau pahlawannya.

Medan, 13-06-2015
Pakpahan  

Posting Komentar

0 Komentar