Tulah Onomatomania dan kawan-kawannya

Sumber foto : Istimewa


Kau membuatku Onomatomania, termenung mengulang kata-kata khusus yang pernah kuucapkan beberapa kali sebelum kau menikah dengan paribanmu. Sebelumnya, aku pernah tertegun mendapati sepucuk kertas biru kelabu terselip di antara lembaran buku Homo Deus yang kau hadiahkan padaku saat aku menang taruhan pemilihan presiden denganmu. Namun itu bukan persoalan urgensi, sebab yang paling penting adalah suratmu bagai roh jahat yang mencekik saluran pernafasanku sampai bengek bahkan merengek. 

Kau sungguh  Aboulomania, plin plan dan tak berpendirian. Katamu aku bak malaikat yang bersemayam di kepalamu, yang tak bisa membuatmu tidur dengan tenang, yang sentuhanku membuatmu merasa gelisah tiap waktu, dan katamu aku adalah si rokkap ni tondi.  Dan katamu, pernikahan kita akan dihelat Bulan Juni tahun ini. Sedang ini sudah Desember. Istrimu sudah hamil tiga bulan. Sedang mataku sembab enam bulan. 

Sahabatku mengutuk piluku, hingga aku perlahan menjadi Ablutomania. Keinginanku demikian besar untuk mencuci tanganku terus menerus, sebab aku mawas diri menakuti kekotoran berlebihan. Setelah kugunakan tangan ini untuk menyakiti urat nadiku yang tak kian putus. Justru aku sangat ingin melakukannya pada otakku, bukan tangan yang pernah mendekap tubuhmu itu. Aku ingin sekali mencuci otakku atas kekerasan yang kau lakukan bertubi-tubi, bukan atas kenangan manis yang kau tancapkan dalam aliran mataku. 

Aku ingin membersihkan otakku, melupakan reka penganiayaan dan pemaksaan pembunuhan janin dalam perutku. Dan kau menghinaku, menyayatku dengan pernyataan bahwa aku adalah seorang pelacur yang tidur dengan siapapun. Tiba-tiba nafasku pendek dan cepat, debaran jantung tak stabil dan buru-buru. Dan aku sekarang Enosimania. 

Posting Komentar

1 Komentar